Selasa, 13 September 2011

Kasih Tak Sampai (Ina a.k.a Tonks)

Pagi itu, sirius tampak geram. Dia tampak kesal melihat james yang denganterang-terangan mendekati Lily gadis pujaannya. Lily Evans, yah itu dia nama gadis yang selama ini sirius puja. Lily gadis yang cantik. Secantik namanya dan seindah bunganya. Tak hanya cantik, lily juga gadis yang pintar. Disetiap mata pelajaran, dia selalu mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya. Itu yang membuat sirius sangat menggila-gilai lily. Tapi akhir-akhir ini, sirius selalu nampak geram dan gelisah. Bukan karena lily tapi james. Teman sepermainanya yang akhir-akhir ini ternyata mendekati lily. Sirius ingin marah, tapi dia tak bisa. Dia tak bisa menunjukan kemarahannya didepan lily ataupun james. Sirius terlalu penakut untuk mengungkapkan segalanya yang dia rasakan.                ***
                Pertahanan ilmu hitam. Seperti biasa, sirius selalu memperhatikan dengan seksama. Bukan Profesor yang dia perhatikan, tapi Lily. Sang pujaan hati. Namun sialnya, saat itu waktu tak berpihak padanya. Prof yang mengetahui hal itu. Langsung melemparkan kapur kearah sirius dan...
                Pletak.. “Aww...”
                “Lain kali, jika saya sedang menjelaskan. Tolong diperhatikan !” seru Prof tegas.
                Sirius pun melihat kearah lily, dan langsung tertunduk malu.

                Pada siang harinya, ketika pelajaran pertahanan ilmu hitam sudah selesai. Sirius bergegas pergi keperpustakaan. Ketika sedang asik membaca buku sambil berjalan. Tiba-tiba seseorang menabraknya dari depan. Alhasil sirius dan orang tersebut jatuh.
                “Lain kali kalo jalan itu...........” tiba-tiba ucapannya terhenti saat melihat orang dihadapannya. Ternyata wanita yang menabraknya adalah lily.
                “Ma..maaf.. aku tadi buru-buru. Aku gak liat kalo didepan aku ternyata ada kamu” seru lily dengan nada menyesal.
                “Oh.. ngga. Nggak apa-apa. Aku kok yang salah. Boleh aku bantu?”  kata Sirius menawarkan diri.
                “makasih” jawab lily sambil tersenyum manis pada Sirius.
                “The power of love? Kamu suka buku ini?” Tanya Sirius.
                “Yah, aku sangat menyukainya. Buku itu bisa membawaku pada apa yang pengarangnya bicarakan” jawab lily
                “aku juga. Aku menyukai buku itu.” Seru Sirius basa-basi. Lily hanya membalasnya dengan senyuman.
                “kamu tau? Kadang aku berpikir bahwa kekuatan cinta itu memang benar adanya. Saat kita jatuh, hanya dengan semangat dari orang yang kita suka. Kita bisa bangkit lagi. Atau, dari hal yang sangat sederhana. Yaitu hanya dengan melihat muka atau bahka foto orang yang kita cinta. Kita bisa bangkit. Kita bisa menjadi kuat lebih dari yang diri kita duga sebelumnya.” Seru Sirius panjang lebar.
                “Waw.. “ hanya itu yang lily ucapkan saat mendengar perkataan Sirius.
                “Kenapa? Ada yang salahkah dengan ucapanku?” Tanya Sirius sedikit kiku.
                “Tidak, hanya saja. Aku tak menyangka ternyata kau cukup mengerti juga tentang cinta” jawab lily sedikit tertawa. Alangkah senangnya Sirius melihat sang pujaan hati bisa tersenyum lepas dihadapannya. “Ah.. Rasanya tak ingin waktu cepat berlalu.” Gumam Sirius dalam hati.
                ***
                Semenjak kejadian diperpustakaan itu. Kini Sirius terlihat lebih akrab dengan lily. Setiap hari selalu ada saja yang mereka bicarakan. Entah itu pelajaran atau hal lainnya. Bagi Sirius tak ada hal yang lebih indah selain bisa duduk dan bersendau gurau bersama Lily.
                Suatu hari, saat itu Sirius dan lily sedang bersantai dibawah pohon yang rindang. Tiba-tiba lily bertanya pada Sirius.
                “boleh aku bertanya?” Tanya lily
                “ya tentu saja.” Jawab Sirius singkat.
                “Kau tak pernah memberitahuku atau bahkan cerita padaku tentang orang yang kau suka.” Tanya Lily. Sirius tampak sedikit kiku saat lily menanyakan hal itu. “tak adakah disini wanita yang membuatmu jatuh hati?” lanjut lily. “Jika kamu tau. Kamulah selama ini yang aku suka” jawab Sirius dalam hati.
                “Hallo.. kok malah ngelamun sih?” seru lily membuyarkan lamunan Sirius.
                “Eh.. Emm.. kamu nanya apa tadi?” Tanya Sirius belaga lupa.
                “Hahh.. sudah lupakan saja..” balas lily.
                Begitulah mereka, setiap harinya. Makin hari, rasa dihatinya makin besar terhadap lily. Tapi makin sulit pula baginya untuk mengungkapkannya. Baginya, dia tak cukup pantas untuk gadis sesempurna lily. Bagi Sirius lily adalah cinta matinya. Apa saja yang lily inginkan, Sirius selalu mengabulkannya. Perhatian yang Sirius berikanpun makin hari makin besar. Entah apa yakin membuatnya yakin, tapi yang jelas ada sedikit keyakinan dalam hatinya bahwa lily juga menyukainya. Tapi itu semua hancur ketika Sirius melihat lily yang sedang Bersendau gurau bersama james. Cemburu. Yah itu yang Sirius rasakan. Dengan sedikit emosi, Sirius pergi meninggalkan lily yang sedang bersama james.
                ***
                “Hey sir, kemana saja kau? Kau tau lilykan? Gadis cantik itu.” Seru james membuyarkan lamunan Sirius.
                “Ya tentu saja aku tau.” Jawab Sirius singkat.
                “Aku sungguh menyukainya bung. Bagaimana menurutmu? Apakah dia menyukaiku?” Tanya james.
                Bagaikan petir disiang bolong. Sirius amat terpukul dengan pengakuan sahabatnya itu. Dia tak tau apa yang harus dia katakana. Disisi lain, diapun menyukai lily. Tapi dia tak enak dengan james yang menjadi sahabatnya.
                “Kenapa? Kenapa harus james? Kenapa harus sahabatku. Apa yang harus aku lakukan. Aku sangat menyukainya. Tapi sahabatkupun menginginkannya.” Seru Sirius sambil memukul.mukulkan tangannya pada dinding.
                ***
                Akhirnya Sirius memberanikan diri untuk mengungkapkannya. Malam minggu. Yah Malam minggu. Semua siswa Hogwarst bebas dari aktifitasnya. Sirius mengirimkan sebuah surat untuk kecil Lily.
                Lily, aku tunggu kau malam ini diLorong
                Jam 19.00
                                                                                Sirius
                Tepat pukul 19.00. Sirius sudah menunggu lily dilorong. Malam itu dia sangat semangat. Karna dia yakin Lily akan datang dan menemuinya diLorong. Jam 20.00. lily belum dating. Sirius pikr, mungkin lily sedang berdandan. Jam 20.30 lily masih juga belum datang menemuinya.
“mungkinkah suratnya tak lily baca?” Tanya nya. “ah tidak mungkin, aku yakin. Lily pasti membacanya. Mungkin sebentar lagi dia dating.” Seru Sirius meyakinkan dirinya sendiri. 21.00 Lily belum juga datang menemuinya. Tapi Sirius Nampak masih sangat berharap bahwa Lily akan datang. Sirius tetap menunggu.. tepat jam 21.30. akhirnya Sirius menyerah. Dia memutuskan untuk berhenti menunggu lily. Dengan muka sedih, Siriuspun pergi ke aula besar.  Sesampainya di aula besar. Alangkah terkejutnya Sirius. Ternyata Lily, orang yang amat  sangat dinantinya malam ini, ternyata sedang bersendau gurau bersama james temannya sendiri. Semenjak saat itu. Sirius memutuskan untuk menjauh dari Lily. Dia amat sangat sedih. Tak tau apa yg harus dilakukannya lagi. Tak tau harus pada siapa dia melampiaskannya.  Kekecewaannya malam itu membuatnya jadi orang yang tertutup. Sirius seperti orang yang berada ditempat yang asing baginya. Sendiri. Hanya sendiri.
***
“Sirius…” panggil sebuah suara yang sudah tak asing lagi ditelinga’a. Sirius langsug menghentikan langkahnya. Lily bergegas menghampiri  Sirius.
“mau kemana? Kita ke perpus bareng yuk..” ajak lily
“emm… “….
“ayolah… “ pinta lily manja.
Sirius pun hanya mengangguk tanda mengiyakan. Ada sedikit perasaan senang karena bisa bersama lagi dengan lily. Sesampainya diperpustakaan. Lily asik membaca buku sedangkan Sirius malah asik memandangi wajah lily. Lily.lily orang yang membuatnya jadi gila. Setelah selesai membaca. Lily mengajak Sirius untuk pergi ke aula besar. Sirius berpikir ini kesempatannya untuk menyatakan cinta. Hal yang ingin dia lakukan 3hari yang lalu. Siriuspun menurut saja dengan ajakan lily.
Sesampainya di aula besar. Mereka terlibat dengan obrolan yang cukup seru. Siriuspun coba memberanikan diri menyatakan cinta pada lily.
“Lily, boleh aku jujur padamu?” Tanya Sirius sedikit gugup.
“Ya tentu saja. Apa yang ingin kau katakana?” kata lily balik Tanya.
“sebenernya………” belum sempat Sirius melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba james datang. Tanpa diduga, james merangkul lily. Sontak hal itu membuat Sirius tak mengerti.
“kalian berdua?” Tanya Sirius…
“Yoi bung, Lily. Sigadis cantik ini sekarang jadi pacar aku.” Seru james puas. Lily pun hanya tersenyum seolah mengiyakan perkataan james.
Untuk kedua kalinya sirius merasakan petir disiang bolong. Hancur hatinya. Semenjak itu, dia memutuskan untuk pergi dariHogwarts. Dia berubah. Berubah menjadi orang yg brutal hanya karena cintanya pada lily yang tak tercapai.
"mungkin aku pengecut atau lebih pantas disebut pecundang. 
aku menyukaimu, tapi tak punya keberanian untuk mengungkapkannya.
maaf jika sekarang aku harus pergi meninggalkan Hogwarts,
karena aku pikir, ini terbaik untukku. i love you lily"

"sirius...." menahan tangis..........

                The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar